Apa Pengertian Isra Miraj dan Bagaimana Sejarah Singkat Isra Miraj

Apa Pengertian Isra Miraj dan Bagaimana Sejarah Singkat Isra Miraj

Apa Pengertian Isra Miraj dan Bagaimana Sejarah Singkat Isra Miraj


Marikupas - Isra Miraj adalah salah satunya momen penting pada ajaran Islam. Banyak hikmah yang didapatkan dalam kejadian Isra Miraj. Isra Miraj ialah saat Nabi Muhammad SAW lakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, selanjutnya dinaikkan ke langit ketujuh yaitu Sidratul Muntaha dalam kurun waktu semalam.

Kejadian Isra Miraj itu jadi mukjizat Nabi SAW dan tiap muslim wajib mempercayainya. Kejadian Isra Miraj Nabi Muhammad ini jadi penting tempatnya untuk umat Islam. Karena, pada kejadian tersebut Nabi memperoleh perintah sholat 5 waktu. Lalu, apa penjelasan Isra Miraj? Baca ulasannya di bawah ini.

Pengertian Isra Miraj 


Menurut bahasa Arab, Isra Miraj ini biasa ditulis dengan al-'Isra' wal-Miraj (الإسراء والمعراج). Istilah ini terdiri atas dua kata, yaitu isra' dan Miraj. Keduanya sendiri memiliki arti yang berbeda. Kata isra' berasal dari kata sara yang artinya 'perjalanan malam'. Sementara itu, Miraj dalam bahasa Arab berarti 'kendaraan', 'alat untuk naik', ataupun 'tangga'. Bentuk jamaknya adalah ma'arij yang berarti 'tempat-tempat naik'. 

Dengan begitu pengertian Isra yang dimaksud adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjid al-Aqsha di Palestina. Sementara pengertian kata Miraj adalah perjalanan menuju ke Sidrah al-Muntaha. Sidrah al-Muntaha adalah satu tempat di atas langit yang tertinggi. Tempat ini bersifat ghaib dan tak terjangkau oleh pikiran manusia. 

Isra Miraj adalah dua perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Dalam perjalanan ini Nabi bersama dengan malaikat Jibril dengan mengendarai buraq.

Sejarah Singkat Isra Miraj


Menurut Syekh Muhammad Khudori dalam Nur Al Yaqin fi Sirati Sayyidil Mursalin, menjelaskan adapun hal yang memicu terjadinya peristiwa Isra dan Miraj yaitu sebagai bentuk tasliyah (hiburan) yang Allah SWT berikan kepada kekasihnya (Nabi Muhammad SAW) karena ditinggal oleh dua orang yang dicintainya yaitu Khadijah sang istri dan Abu Thalib sang paman. Peristiwa ini tepatnya terjadi pada tahun ke-11 dari kenabian (Nabi Muhammad SAW saat itu berumur 51 tahun) atau biasa disebut dengan ‘amul huzn (tahun kesedihan). 

Dalam sebuah malam selepas solat isya’ Rasulullah SAW beristirahat sejenak sambil berbaring di Masjidil Haram. Kemudian beliau didatangi malaikat Jibril dan dada beliau di belah. “Lalu hatiku dikeluarkan dan dicuci dengan air ZAM ZAM, kemudian dikembalikan ke tempatnya den memenuhinya dengan iman dan hikmah”. (HR Bukhari) Setelah itu, di datangkanlah buraq yang menjadi kendaraan beliau sewaktu isra. Buraq satu akar kata dengan barq yang artinya kilat. “Didatangkan kepadaku Buraq-yakni seekor tunggangan berwarna putih, tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari bighal, ia meletakkan langkahnya sejauh pandangannya”. (HR Muslim) Setibanya di Masjidil Aqsha, beliau shalat dua rakaat mengimami ruh para Nabi. 

Usai shalat dan keluar dari Masjidil Aqsha, Malaikat Jibril datang membawa dua wadah minuman. Satu berisi susu dan satu lagi berisi khamar. Rasulullah SAW pun memilih susu. “Sungguh engkau telah memilih kesucian”, kata Jibril dalam lanjutan hadits tersebut. Miraj pun dimulai. Rasulullah naik buraq bersama Jibril hingga tiba di langit pertama. 

Dalam lanjutan dari hadits shahih Bukhari dari Malik bin Sha’sha’ah dijelaskan lanjutannya. ‘Lalu aku bawa di atas punggung Buraq dan Jibril pun berangkat bersamaku hingga aku sampai ke langit dunia lalu dia meminta dibukakan pintu langit”. Hingga beliau pun melewati pintu-pintu langit yang dihuni oleh arwah para Nabi. Di langit ke tujuh, Rasulullah bertemu dengan Nabi Ibrahim yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur. Di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya. 

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang lebar daun-daunnya seperti telinga gajah dan besar buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah SWT memenuhi Sidratul Muntaha. Sidratul Muntaha berubah dan tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. 

Maka Allah memberikan Wahyu dan mewajibkan kepadaku solat lima puluh kali dalam sehari semalam. Setelah mendapat tugas salat lima puluh kali dalam sehari, Rasulullah turun dan bertemu dengan Nabi Musa. “Apa yang diwajibkan Rabbmu terhadap umatmu?” tanya Nabi Musa. Aku menjawab, ”Saat 50 kali”.

Musa berkata, “Kembalilah kepada Rabbmu, mintalah keringanan karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji Bani Israil dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka”. “Aku akan kembali kepada Rabbku”. Lalu aku memohon,”Ya Rabb, berilah keringanan lima shalat. Lalu aku kembali kepada Musa ‘alaihis salam. Aku berkata kepadanya,”Allah telah memberikan keringanan lima kali”. 

Musa mengatakan,”Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabbmu dan minta keringanan”. Aku terus bolak balik antara Rabbku dengan Mudah hingga Rabbku berfirman: “Wahai Muhammad sesungguhnya kewajiban shalat itu lima kali dalam sehari semalam. Setiap shalat mendapat pahala 10 kali lipat, maka 5 kali shalat sama dengan 50 kali shalat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan yang dia tidak melaksanakannya maka dicatat untuk ya satu kebaikan. Dan jika ia melaksanakannya maka dicatat untuk ya sepuluh kebaikan. 

Barang siapa berniat melakukan satu kejelekan namun dia tidak melaksanakannya maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali. Dan jika ia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejelekan”. Kemudian aku turun hingga bertemu Nabi Musa lalu aku beritahukan kepadanya. Maka ia mengatakan,”Kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan lagi”. Aku menjawab,”Aku telah berulang kali kembali kepada Rabbku hingga aku merasa malu kepadaNya”.

Dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu:

  • Langit pertama, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Adam as
  • Langit kedua, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yahya as dan Nabi Ishaq as
  • Langit ketiga, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Yusuf as
  • Langit keempat, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Idris as
  • Langit kelima Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Harun as
  • Langit keenam, Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Musa as
  • Langit ketujuh Rasulullah SAW bertemu dengan Nabi Ibrahim as

Ketika telah selesai menerima perintah shalat, Nabi Muhammad SAW kembali menunggangi buraqnya untuk pulang ke Mekkah diantar dengan Malaikat Jibril. “Menurut sebuah kisah saking cepatnya Buraq ketika Nabi Muhammad SAW pulang konon katanya tempat tidur nabi masih terasa hangat”. (Abi Rachman /Nashih).

LihatTutupKomentar